Foto Dan Biografi Sejarawan Ilmuan Islam
1. Ibnu
Sina (980 – 1037)
Ibnu
Sina
(980 – 1037)
(980 – 1037)
Ibnu
Sina adalah seorang ilmuwan Muslim yang terkenal di dunia. Ia seorang
ilmuwan dengan pemikiran-pemikiran yang cerdas mendasari ilmu kedokteran
modern. Bahkan Ibnu Sina banyak disebut sebagai “Bapak Kedokteran Modern.”
George Sarton menyebutnya sebagai “Ilmuwan Paling Terkenal dari Islam dan Salah
Satu yang Paling Terkenal Pada Semua Bidang Tempat, dan Waktu”. Ia lahir pada
zaman keemasan peradaban Islam, sehingga ia disebut sebagai tokoh Islam dunia.
Ibnu Sina bernama
lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā. Ibnu Sina lahir pada 980 M
di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia).
Ia berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah telah akrab
dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Orang tuanya
adalah seorang pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman. Ia dibesarkan di
Bukharaja serta belajar falsafah dan ilmu-ilmu agama Islam.
Ibnu Sina lahir di
zaman keemasan Peradaban Islam. Pada zaman tersebut ilmuwan-ilmuwan muslim
banyak menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari Yunani, Persia dan India. Teks
Yunani dari zaman Plato, sesudahnya hingga zaman Aristoteles secara intensif
banyak diterjemahkan dan dikembangkan lebih maju oleh para ilmuwan Islam.
Saat berusia 10 tahun dia banyak
mempelajari ilmu agama Islam dan berhasil menghafal Al-Qur’an. Ia
dibimbing oleh Abu Abdellah Natili, dalam mempelajari ilmu logika untuk
mempelajari buku Isagoge dan Prophyry, Eucliddan
Al-Magest Ptolemus. Setelah itu dia juga mendalami ilmu agama dan Metaphysics Plato dan
Arsitoteles.
Saat berusia 22 tahun, ayah Ibnu
Sina meninggal dunia. Pemerintahan Samanid menuju keruntuhan. Masalah yang
terjadi dalam pemerintahan tersebut akhirnya membuatnya harus meninggalkan
Bukhara. Pertama ia pindah ke Gurganj, ia tinggal selama 10 tahun di Gurganj.
Kemudia ia pindah dari Gurganj ke Nasa, kemudian pindah lagi ke Baward, dan
terus berpindah-pindah tempat untuk mempelajari ilmu baru dan mengamalkannya.
Dalam sejarah
pemikiran filsafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina memperoleh penghargaan
yang tinggi hingga masa modern. Ia adalah satu-satunya filsafat besar Islam
yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan terperinci,
suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat muslim beberapa abad.
Kehidupan Ibnu Sina dihabiskan untuk urusan negara dan menulis. Pada usia 58
tahun (428 H / 1037 M) Ibnu Sina meninggal dan dikuburkan di Hamazan.
Ibnu Sina adalah
contoh dari peradaban besar Iran di zamannya. Ia adalah seorang penulis
yang produktif, sebagian besar karyanya membahas tentang filsafat dan
pengobatan. Ia adalah satu-satunya filsafat besar dalam Islam yang
berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan terperinci, suatu sistem
yang telah mendominasi tradisi filsafat muslim hingga beberapa abad. Karyanya
yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The
Canon of Medicine, dikenal juga sebagai Qanun yang digunakan
sebagai referensi di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Sumber : https://suaramuslim.net/biografi-sang-ilmuwan-islam-ibnu-sina/
2. Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī (780-850)
Nama
: Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī
Dikenal
: Al Khawarizmi
Lahir
: Khwarezmia , Uzbekiztan, 780 M
Wafat
: Bagdad, Irak, 850 M
Asal
: Persia, Iran
Sumbangsih
: Aljabar, Angka Nol, Geometri
Nama
Asli dari Al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain itu
beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Al-Khawarizmi
dikenal di Barat sebagai al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi,
al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi. Ia dikenal sebagai penemu
dari Aljabar dan juga angka nol. Tak heran orang barat menjulukinya sebagai
father of algebra atau bapak aljabar. Al Khawarizmi dilahirkan di Bukhara.Tahun
780-850M adalah zaman kegemilangan al-Khawarizmi. al-Khawarizmi telah wafat
antara tahun 220 dan 230M. Ada yang mengatakan al-Khawarizmi hidup sekitar awal
pertengahan abad ke-9M.
Sumber
lain menegaskan beliau hidup di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194H/780M dan
meninggal tahun 266H/850M di Baghdad. Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa
al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan luas. Pengetahuan
dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat tapi di dalam bidang falsafah,
logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia. Al
Khawarizmi telah menciptakan pemakaian Secans dan Tangen dalam penyelidikan
trigonometri dan astronomi. Dalam usia muda beliau bekerja di bawah
pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di Baghdad. Beliau
bekerja dalam sebuah observatory yaitu tempat belajar matematika dan astronomi.
Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin perpustakaan khalifah. Beliau
pernah memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada
dunia Islam.
Al
Khawarizmi juga merupakan seorang penulis Ensiklopedia dalam berbagai disiplin.
Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang pertama kali memperkenalkan aljabar dan
hisab. Banyak lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang
matematika dan menghasilkan konsep-konsep matematika yang begitu populer yang
masih digunakan sampai sekarang. Banyak lagi konsep dalam matematika yang telah
diperkenalkan al-khawarizmi . Bidang astronomi juga membuat al-Khawarizmi
terkenal. Astronomi dapat diartikan sebagai ilmu falaq [pengetahuan tentang
bintang-bintang yang melibatkan kajian tentang kedudukan, pergerakan, dan
pemikiran serta tafsiran yang berkaitan dengan bintang.
sumber
: https://www.biografiku.com/biografi-al-khawarizmi.
3. Jabir Ibn- Hayyan (721-815)
Jabir Ibn- Hayyan
(721-815)
Sejarah mencatat, Islam telah banyak
berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Lewat kiprah para ilmuwan
Muslim lah peradaban dunia menemukan titik cahaya. Salah satunya di bidang ilmu
kimia dan farmasi. Tak banyak yang tahu di bidang ilmu ini, seorang ilmuwan
Muslim memberikan pengaruh besar. Dia adalah Jabir bin Hayyan yang di dunia
Barat dikenal dengan nama Geber.
Nama lengkapnya Abu Abdullah Jabir bin Hayyan
al-Kuffi al-Sufi. Sumber lain menyebutkan sebagai Abu Musa dan bukan Abu Abdullah.
Jabir bin Hayyan merupakan seorang yang dianggap paling pantas sebagai wakil
utama alkemi (ahli kimia) Arab pada masa-masa awal perkembangannya. Ia lahir di
Kuffah, Irak pada tahun 721 M dan meninggal dunia pada tahun 815 M. Jabir
adalah seorang yang berketurunan Arab, namun ada juga yang mengatakan bahwa ia
adalah orang Persia. Ayahnya bernama Hayyan, seorang ahli obat-obatan
(apoteker) dari Kufah yang kemudian pindah ke Toos. Nama ayahnya sering pula
dihubungkan dengan intrik-intrik politik yang terjadi pada abad ke-8 M, yang
pada akhirnya menyebabkan Dinasti Umayah terguling.
Tokoh besar yang dikenal sebagai “the father of
modern chemistry” ini merupakan seorang muslim yang ahli dibidang kimia,
farmasi, fisika, filosofi dan astronomi. Kontribusi terbesar Jabir bin Hayan
adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada
Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Jabir Ibnu
Hayyan mampu mengubah persepsi tentang berbagai kejadian alam yang pada saat itu
dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat diprediksi, menjadi suatu ilmu sains
yang dapat dimengerti dan dipelajari oleh manusia.
Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis
di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi
kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia
yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum
perbandingan tetap. Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses
kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan
instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.
Jabir Ibn Hayyan telah mampu mengubah
persepsi tentang berbagai kejadian alam yang pada saat itu dianggap sebagai
sesuatu yang tidak dapat diprediksi, menjadi suatu ilmu sains yang dapat
dimengerti dan dipelajari oleh manusia. Penemuan-penemuannya di bidang kimia
telah menjadi landasan dasar untuk berkembangnya ilmu kimia dan tehnik kimia
modern saat ini. Jabir Ibn Hayyan-lah yang menemukan asam klorida, asam nitrat,
asam sitrat, asam asetat, tehnik distilasi dan tehnik kristalisasi. Dia juga
yang menemukan larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam klorida dan asam
nitrat) untuk melarutkan emas. Jabir bin Hayyan mampu mengaplikasikan pengetahuannya
di bidang kimia kedalam proses pembuatan besi dan logam lainnya, serta
pencegahan karat. Dia jugalah yang pertama mengaplikasikan penggunaan mangan
dioksida pada pembuatan gelas kaca.
Jabir terus bekerja dan bereksperimen dalam
bidang kimia dengan tekun di sebuah laboratorium dekat Bawaddah di Damaskus
dengan ciri khas eksperimen-eksperimennya yang dilakukan secara kuantitatif,
bahkan instrument-instrument yang digunakan untuk eksperimentnya ia buat
sendiri dari bahan logam, tumbuhan dan hewani. Di laboratoriumnya itulah Jabir
berhasil menemukan berbagai penemuan besar yang sangat bermanfaat sampai saat
ini, bahkan di laboratorium itu pula telah ditemukan berbagai peralatan kimia
miliknya. Di dalamnya didapati peralatan kimianya yang hingga kini masih
mempesona, dan sebatang emas yang cukup berat. Tak hanya penemuan-penemuannya
yang luar biasa yang telah ia ciptakan, namun pemikirannya juga sangat
berpengaruh bagi para ilmuwan muslim lainnya seperti Al-Razi (9 M), Tughrai (12
M) dan Al-Iraqi (13 M). Bahkan tidak hanya itu, buku-buku yang ditulisnya pun
sangat berpengaruh bagi perkembangan kemajuan ilmu kimia di Eropa.
Beberapa penemuan Jabir Ibn Hayyan diantaranya
adalah: asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, tehnik distilasi
dan tehnik kristalisasi. Dia juga yang menemukan larutan aqua regia (dengan
menggabungkan asam klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas. Jabir Ibn
Hayyan mampu mengaplikasikan pengetahuannya di bidang kimia kedalam proses
pembuatan besi dan logam lainnya, serta pencegahan karat. Dia jugalah yang
pertama mengaplikasikan penggunaan mangan dioksida pada pembuatan gelas kaca. Jabir
Ibn Hayyan juga pertama kali mencatat tentang pemanasan wine akan menimbulkan
gas yang mudah terbakar. Hal inilah yang kemudian memberikan jalan bagi Al-Razi
untuk menemukan etanol. Jika kita mengetahui kelompok metal dan non-metal dalam
penggolongan kelompok senyawa, maka lihatlah apa yang pertamakali dilakukan
oleh Jabir. Dia mengajukan tiga kelompok senyawa berikut:
“Spirits“ yang menguap ketika dipanaskan, seperti
camphor, arsen dan amonium klorida.
“Metals” seperti emas, perak, timbal, tembaga dan
besi; dan
“Stones” yang dapat dikonversi menjadi bentuk
serbuk.
4. Ibnu al-Nafis (1213 – 1288)
Nama
lengkap Ibnu Nafis adalah al-Din Abu al-Hasan Ali Ibn Abi al-Hazm al-Qarshi
al-Dimashqi. Beliau adalah seorang ilmuan Arab
yang penelitiannya pernah dilupakan orang 700 tahun lamanya. Ibnu Nafis
lahir di Damaskus, Suriah (Syria) pada tahun 1213 M. Selain itu, ia juga
mempunyai nama panggilan lain, yaitu The Second Avicenna
(Ibnu Sina Kedua).
Kiprahnya
di dunia kedokteran membuatnya disebut sebagai Ibnu Sina kedua. Ibnu Sina
adalah dokter pertama yang menjelaskan tentang ilmu anatomi tubuh. Selama
beberapa abad, bukunya yang berisi teori anatomi tubuh dijadikan paduan dunia
medis Eropa. Sedangkan Ibnu Nafis lahir 200 tahun sesudahnya.
Setelah
lulus dari Perguruan Tinggi Medis Bimaristan an-Noori Damaskus, Ibnu Nafis
pindah ke Mesir untuk bekerja di Rumah Sakit Al-Nassiri pada tahun 1236 M.
Beberapa tahun kemudian, ia diangkat menjadi kepala dokter di Rumah Sakit
Al-Mansuri sekaligus menjadi dokter pribadi Sultan pada masa itu. Sebagai
seorang dokter, Ibnu Nafis membaca banyak buku panduan medis dari pendahulunya,
yang masih berpedoman pada Teori Hippocrates, Galen, dan Ibnu Sina.
Namun,
Ibnu Nafis menemukan beberapa kejanggalan. Ia lalu menuliskan analisisnya dalam
buku yang berjudul “Commentary on the Anatomy of Canon of Avicenna” atau “Komentar Tentang Ilmu Anatomi Tubuh
dari Kitab Canon-Ibnu Sina”. Salah satu dari hasil pengamatannya
adalah penemuan dua pembuluh darah di dalam tubuh manusia, yaitu pembuluh darah
arteri dan pembuluh darah vena. Sekarang ini, telah dikenal empat macam
pembuluh darah. Ibnu Nafis menemukan kejanggalan pada teori Galen tentang
peredaran darah di dalam tubuh manusia. Teori tersebut menerangkan bahwa darah
mengalir dari bilik kanan jantung ke bilik kiri jantung melalui pori-pori yang
terdapat pada katup jantung.
Sebaliknya,
Ibnu Nafis meyakini “Bahwa darah yang
berasal dari bilik kanan jantung pasti mengalir ke bilik kiri jantung, namun
tidak ada penghubung antara kedua bilik tersebut. Katup jantung tidak berlubang
dan berpori sama sekali. Selain itu, Ibnu Nafis juga menambahkan bahwa darah dari
bilik kanan jantung mengalir melalui pembuluh arteri ke paru-paru. Proses
selanjutnya adalah darah tersebut bercampur dengan udara dan mengalir melalui
pembuluh vena ke bilik kiri jantung”. Teori Galen menjadi pedoman dunia
medis dari tahun 100 - 1.500.
Menurut
Nafis, pendapat Ibnu Sina dalam kitabnya Al-Qonuun yang menyebutkan bahwa
jantung terdiri dari 3 bagian tidaklah tepat. Jantung, kata Nafis, hanya
memiliki 2 bilik saja, yakni kiri dan kanan. Antara keduanya tidak ada
pori-pori apa pun. Bahkan dinding yang memisahkannya sangat tebal. Analisis itu
sekaligus menjadi penemuan Ibnu Nafis terhadap sistem peredaran darah kecil.
Yaitu peredaran darah dari jantung menuju paru-paru dan kembali lagi ke
jantung. Sayangnya, penemuan itu tidak tersebar hingga ke Eropa, sehingga dunia
medis masih menggunakan teori Galen sampai dengan abad ke-15. Sekitar 300
tahun dunia kedokteran sesat, hingga pada tahun 1.500-an. Dunia mengakui
William Harvey dari Eropa sebagai penemu sistem peredaran darah. William Harvey
menuliskan sistem peredaran secara lengkap dan terperinci. Diduga Harvey dan
beberapa ilmuan pendahulunya pernah membaca hasil temuan Ibnu Nafis. Sementara
buku tentang sistem peredaran kecil temuan Ibnu Nafis yang terlupakan orang
selama ratusan tahun, baru ditemukan pada abad ke-20. Pada tahun 1924, seorang
dokter Mesir bernama Muhyi Al-Din Altawi menemukan catatan sistem peredaran
darah karya Ibnu Nafis di Perpustakaan Negara Prussian-Berlin. Dari
sanalah disimpulkan bahwa sesungguhnya Ibnu Nafis telah menemukan sistem
peredaran darah, jauh sebelum William Harvey menemukannya. Karena itulah,
akhirnya dunia mengakui bahwa penemu sistem peredaran darah kecil bukanlah
William Harvey, melainkan Ibnu Nafis.
Sumber : https://andthenwemeetagain.blogspot.com/2018/02/biografi-singkat-ibnu-nafis-bapak_4.html
5. Ibnu Khaldun (1332 – 1406)
Nama
lengkapnya adalah Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakar
Muhammad bin al-Hasan yang kemudian masyhur dengan sebutan Ibnu Khaldun. lahir
di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M. adalah dikenal sebagai
sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini. Sebagai
ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena
pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh
telah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo
(1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan ketika memasuki usia
remaja, tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana.
Tulisan-tulisan
dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam,
pengamatan terhadap berbagai masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu dan
pengetahuan yang luas, serta ia hidup di tengah-tengah mereka dalam pengembaraannya
yang luas pula. Selain itu dalam tugas-tugas yang diembannya penuh dengan
berbagai peristiwa, baik suka dan duka. Ia pun pernah menduduki jabatan penting
di Fes, Granada, dan Afrika Utara serta pernah menjadi guru besar di
Universitas al-Azhar, Kairo yang dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Dari
sinilah ia melahirkan karya-karya yang monumental hingga saat ini. Nama dan
karyanya harum dan dikenal di berbagai penjuru dunia. Panjang sekali jika kita
berbicara tentang biografi Ibnu Khaldun, namun ada tiga periode yang bisa kita
ingat kembali dalam perjalan hidup beliau. Periode pertama, masa dimana Ibnu
Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan. Yakni, ia belajar Alquran,
tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf,
ilmu balaghah, fisika dan matematika.
Dalam
semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari para
gurunya. Namun studinya terhenti karena penyakit pes telah melanda selatan
Afrika pada tahun 749 H. yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian
besar gurunya meninggal dunia. Ia pun berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir;
Periode kedua, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagai
posisi penting kenegaraan seperti qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun,
akibat fitnah dari lawan-lawan politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan
ke dalam penjara. Setelah keluar dari penjara, dimulailah periode ketiga
kehidupan Ibnu Khaldun, yaitu berkonsentrasi pada bidang penelitian dan
penulisan, ia pun melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama
dibuatnya. Seperti kitab al-’ibar (tujuh jilid) yang telah ia revisi dan ditambahnya
bab-bab baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab al-’Ibar wa Diwanul
Mubtada’ awil Khabar fi Ayyamil ‘Arab wal ‘Ajam wal Barbar wa Man ‘Asharahum
min Dzawis Sulthan al-Akbar.
Kitab
al-i’bar ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun
1863, dengan judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldoun. Namun pengaruhnya baru
terlihat setelah 27 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun 1890, yakni saat
pendapat-pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan diadaptasi oleh sosiolog-sosiolog
German dan Austria yang memberikan pencerahan bagi para sosiolog modern. Karya-karya
lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn
Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah
(pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan
filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang
permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab
Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin
ar-Razi).
sumber
: https://www.biografiku.com/biografi-ibnu-khaldun-peletak-dasar.